Al-Hikam karya Syaikh Ibnu ‘Athaillah As-Sukandari Asy-Syadzili q.s. adalah salah satu panduan filosofis untuk meluruskan dan meneguhkan keimanan.
Syaikh Ibnu ‘Athaillah q.s. penulisnya adalah pengikut thariqah syadziliyyah. Beliau merupakan salah seorang murid dan mursyid syadziliyyah terbesar. Sebagai seorang yang mencapai derajat tinggi dalam perjalanan spiritual, beliau tidak dikenal dengan berbagai macam karamah yang berbentuk keanehan-keanehan. Karamah beliau yang paling jelas adalah keistiqamahan beliau serta hikmah-hikmah yang beliau sampaikan.
Walaupun berasal dari keluarga syadziliyyah, Al-Hikam diakui dan dipergunakan secara umum oleh para penempuh jalan spiritual dari thariqah yang mana pun. Bahkan, bisa dikatakan bahwa pada saat ini, Al-Hikam adalah salah satu panduan dan rujukan utama. Kitab ini dipandang sebagai rujukan yang amat luar biasa manfaat dan menggerakkannya untuk mensucikan diri meraih tauhid yang hakiki.
Kitab ini mengajarkan ma’rifat. Dengan demikian kitab ini berada pada wilayah hati. Kitab ini cenderung berada di wilayah hakikat. Oleh karenanya, janganlah kitab ini dibawa ke wilayah syari’at.
Kitab ini tidak dipergunakan oleh para pemula. Para sufi mempergunakan kitab ini untuk panduan para murid lanjutan.
Untuk memahami kitab ini dengan baik memerlukan pemahaman pendahuluan. Selain itu memerlukan pula guru yang memang memahami dan mengamalkannya.
Banyak ungkapan hikmah dalam kitab ini yang tidak boleh dipahami leterlek tekstual. Ungkapan-ungkapannya harus dipahami dengan perenungan dan kedalaman hati. Keinsafan sebagai hamba yang penuh dengan kekurangan adalah titik awal pemberangkatan yang harus dimiliki oleh para pembaca, pengajar, pelajar dan pengamalnya. Tanpa keinsafan itu, ada kemungkinan banyak ungkapan dalam kitab ini yang akan disalahpahami.
Sebagai kelengkapan untuyk memahaminya, banyak penjelasan (syarh) yang telah ditulis para ulama untuk kitab ini. Di antara syarh itu adalah :
Beberapa penjelasan dan terjemah bahasa Indonesia sudah ada pula. Namun, saya belum menemukan penjelasan dan terjemah yang baik, selain karya Syaikh Muhibbuddin Waliy. Beberapa terjemah saya temukan tidak sesuai dengan aslinya. Ada reduksi sesuai dengan kehendak atau pemahaman sang penterjemah.
Untuk itu, saat ini dianjurkan betul untuk merujuk pada kitab aslinya dengan guru yang benar. Bila mempergunakan terjemah dan penjelasan bahasa Indonesia pergunakanlah karya Syaikh Muhibbuddin Waliy.
Syaikh Ibnu ‘Athaillah q.s. penulisnya adalah pengikut thariqah syadziliyyah. Beliau merupakan salah seorang murid dan mursyid syadziliyyah terbesar. Sebagai seorang yang mencapai derajat tinggi dalam perjalanan spiritual, beliau tidak dikenal dengan berbagai macam karamah yang berbentuk keanehan-keanehan. Karamah beliau yang paling jelas adalah keistiqamahan beliau serta hikmah-hikmah yang beliau sampaikan.
Walaupun berasal dari keluarga syadziliyyah, Al-Hikam diakui dan dipergunakan secara umum oleh para penempuh jalan spiritual dari thariqah yang mana pun. Bahkan, bisa dikatakan bahwa pada saat ini, Al-Hikam adalah salah satu panduan dan rujukan utama. Kitab ini dipandang sebagai rujukan yang amat luar biasa manfaat dan menggerakkannya untuk mensucikan diri meraih tauhid yang hakiki.
Kitab ini mengajarkan ma’rifat. Dengan demikian kitab ini berada pada wilayah hati. Kitab ini cenderung berada di wilayah hakikat. Oleh karenanya, janganlah kitab ini dibawa ke wilayah syari’at.
Kitab ini tidak dipergunakan oleh para pemula. Para sufi mempergunakan kitab ini untuk panduan para murid lanjutan.
Untuk memahami kitab ini dengan baik memerlukan pemahaman pendahuluan. Selain itu memerlukan pula guru yang memang memahami dan mengamalkannya.
Banyak ungkapan hikmah dalam kitab ini yang tidak boleh dipahami leterlek tekstual. Ungkapan-ungkapannya harus dipahami dengan perenungan dan kedalaman hati. Keinsafan sebagai hamba yang penuh dengan kekurangan adalah titik awal pemberangkatan yang harus dimiliki oleh para pembaca, pengajar, pelajar dan pengamalnya. Tanpa keinsafan itu, ada kemungkinan banyak ungkapan dalam kitab ini yang akan disalahpahami.
Sebagai kelengkapan untuyk memahaminya, banyak penjelasan (syarh) yang telah ditulis para ulama untuk kitab ini. Di antara syarh itu adalah :
- Goisul mawahibil ‘aliyyah karya syaikh Muhammad bin Ibrahim An-Nifzi Ar-Rindi q.s.
- Iqazul himam karya syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Hasani q.s.
- Syarh Al-Hikam karya syaikh ‘Abdullah bin Hijazi Asy-Syarqawi
Beberapa penjelasan dan terjemah bahasa Indonesia sudah ada pula. Namun, saya belum menemukan penjelasan dan terjemah yang baik, selain karya Syaikh Muhibbuddin Waliy. Beberapa terjemah saya temukan tidak sesuai dengan aslinya. Ada reduksi sesuai dengan kehendak atau pemahaman sang penterjemah.
Untuk itu, saat ini dianjurkan betul untuk merujuk pada kitab aslinya dengan guru yang benar. Bila mempergunakan terjemah dan penjelasan bahasa Indonesia pergunakanlah karya Syaikh Muhibbuddin Waliy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar